"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Senin, 09 April 2012

RISALAH KEPEMIMPINAN (Jilid 2)

Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya. Tulisan ini adalah hasil dari pengamatan deskriptif, analisa lapangan, dan interaksi sosial yang selanjutnya disedimentasikan dalam pemahaman penulis. Sehingga isi dari tulisan ini bukan untuk digeneralisasi kepada setiap pembacanya. Adapun kesamaan pandang atau kesamaan pengalaman, mungkin menjadi hal kebetulan bagi penulis dan pembaca tulisan ini. Sedangkan ketidaksamaan pemikiran merupakan suatu kewajaran, karena risalah kepemimpinan jilid 2 ini adalah pemahaman subyektif penulis. Apabila tulisan ini dapat memberikan inspirasi dan pemicu bagi pembacanya, hal demikian semata-mata hanya kearifan dari pembaca yang telah bersedia menerima opini dan pemikiran dari penulis.

Risalah kepemimpinan jilid 2 diperuntukan bagi setiap pribadi yang ingin mengembangkan kepemimpinan dalam diri. Sudut pandang dari risalah kepemimpinan jilid 2 ini hanya memiliki arah menuju sikap-sikap kebaikan dari seorang pemimpin kepada lingkungannya. Sikap baik yang dimaksud adalah sikap yang tidak merugikan, mengintimidasi, dan mencelakakan orang lain. Risalah kepemimpinan jilid 2 ini menawarkan tiga prinsip bagi pemimpin (Three-Principle for leader), yang berisi sebagai berikut:

  1. Grail of hope principle’s, seorang pemimpin perlu menyadari kalau dirinya ialah tempat menaruh harapan bagi orang yang dipimpinnya. Pemimpin ibarat cawan/wadah harapan bagi banyak orang. Sikap keterbukaan dan lapang dada menjadi syarat bagi terwujudnya cawan harapan dalam diri seorang pemimpin. Keterbukaan menjadikan diri pemimpin mudah diterima orang lain, mudah berkomunikasi, mudah menyampaikan dan menerima pesan dari orang lain. Keterbukaan merupakan cara efektif dalam berinteraksi, karena melalui keterbukaan akan tumbuh kepercayaan (trust), dan pemimpin yang dapat dipercaya/amanah adalah seorang pemimpin yang sesungguhnya. Sedangkan lapang dada/legowo bagi seorang pemimpin adalah cara bagi pemimpin agar memiliki ketenangan sikap. Sikap yang tenang memudahkan pemimpin melihat persoalan dengan jelas dan dapat menentukan keputusan yang jelas dan tepat dalam menghadapi persoalan tersebut. Seumpama air dalam kolam, jika air bergejolak maka dasar kolam tak dapat terlihat. Sebaliknya jika air dalam kolam tenang maka seluruh isi kolam dapat terlihat dengan jelas. Diri pemimpin yang memiliki prinsip sebagai cawan harapan (Grail of hope) juga membutuhkan kesadaran bahwa dirinya akan dihujani banyak keinginan atau tuntutan dari lingkungan yang dipimpinnya. Sehingga pantang bagi pemimpin untuk mengeluh, bahkan menunjukan kelemahan di depan publik. Apabila ada keinginan atau harapan dari lingkungan yang tidak sanggup dipenuhi, maka selayaknya seorang pemimpin melepaskan kepemimpinannya. Tindakan lain yang patut diambil dari pemimpin yang tidak sanggup memenuhi harapan lingkungan adalah memberikan mandat tugas kepemimpinan kepada orang yang dipercayanya (tangan kanan), untuk sementara waktu sebelum adanya pemimpin yang baru.
  1. Fountain of sacrifice principle’s, pemimpin yang baik dan bijaksana memiliki jiwa pengorbanan tinggi. Bahkan pengorbanannya seperti mata air yang tak henti mengalir, menuruni tempat-tempat yang rendah, dan memberi banyak manfaat bagi lingkungannya. Sebuah pengorbanan akan terasa menyiksa, apabila dinilai dengan untung rugi materi. Namun sebuah pengorbanan akan menjadi kepuasan batin, apabila dinilai dengan senyum sukacita banyak orang yang telah dibantu dan dibela hak-haknya. Logika sederhana dari pemahaman filsuf Aristoteles, mengenai ‘zoon politicon’ yaitu manusia sebagai mahluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri, dan membutuhkan orang lain, membutuhkan bantuan, membutuhkan pengakuan diri. Sehingga manusia yang memiliki kesadaran tinggi, memiliki pemahaman bahwa dirinya merupakan obyek kebutuhan bagi manusia lain, maka dia akan menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Bermanfaat artinya dapat memberikan apa yang orang lain butuhkan. Maka bagi seorang pemimpin, pengorbanan adalah memberikan apa yang bermanfaat bagi lingkungan yang dipimpinnya. Ia akan mengorbankan perasaannya, untuk berlaku adil, member sanksi bagi yang salah, memberi penghargaan bagi yang memperjuangkan kebenaran, bukan hanya kepada orang yang dipimpinnya, namun kepada dirinya sendiri. Berlaku adil pada dirinya sendiri adalah pengorbanan. Selain itu ia akan mengorbankan pikirannya, yaitu untuk tidak mencari cara memanfaatkan kepemimpinannya untuk kepentingan pribadi. Pemimpin yang baik akan mencurahkan pikirannya untuk mencari cara mengangkat harkat, martabat, kemuliaan, kedamaian, bahkan kesejahteraan orang yang dipimpinnya. Karena hakikat dari keagungan pemimpin adalah bagaimana ia bisa mengagungkan orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang baik, ialah dia yang juga mampu mengorbankan perilakunya. Artinya, ia harus dapat memelihara sikap egoisnya, yaitu apabila marah tetap santun dalam kemarahannya, apabila sedih tetap tersenyum dalam kesedihannya, apabila kecewa tetap semangat dalam kekecewaannya, dan apabila gembira tetap sederhana dalam kegembiraannya. Hal tersebut memang sulit, namun melakukan yang sulit itu adalah pengorbanan namanya, dan yang mampu melakukannya hanyalah seorang pemimpin sejati.
  1. Hand of God principle’s, pemimpin bukanlah manusia biasa. Apabila seorang pemimpin merasa dirinya biasa saja, maka ia harus melepaskan kepemimpinannya. Tugas dan tanggung jawab pemimpin sangat besar, sehingga pemimpin harus yakin pada kemampuannya. Ia pun harus sadar bahwa perannya adalah mulia dan pembawa kebaikan. Ia adalah eksekutor dari sifat ketuhanan, maka ia seumpama tangan tuhan di atas bumi ini. Adil adalah sifat tuhan, maka pemimpin memikul tindakan mencapai kebijaksanaan. Kasih adalah sifat tuhan, maka pemimpin memikul tindakan memberi kedamaian. Kuasa adalah sifat tuhan, maka pemimpin memikul tindakan mengelola kehidupan. Seorang pemimpin harus bangga dengan tugas dan tanggung jawabnya, karena secara logika pemimpin adalah posisi tertinggi dalam kehidupan setelah tuhan, dan dia adalah utama (primus interpares) diantara individu lain dilingkungannya. Dengan pemahaman seperti itu, seorang pemimpin tidak lagi sibuk dengan keserakahan, kesombongan, atau kesemena-menaan. Justru sebaliknya, pemimpin sibuk untuk membahagiakan orang-orang yang dipimpinnya, menjaga dan memelihara sifat ketuhanan yang diamanahkan kepadanya. Apabila ada seseorang yang memiliki kursi/jabatan kepemimpinan dan berlaku serakah, diskriminatif, kejam, dan meresahkan banyak orang, maka dia bukan seorang ‘pemimpin’ tapi dia hanya seorang ‘penguasa.’ Apa bedanya pemimpin dengan penguasa? Pemimpin adalah penguasa, penjaga, dan pemelihara. Sedangkan penguasa sekedar pemegang kekuatan material, seperti finansial, tata aturan, atau hirarki. Sehingga tidak jarang penguasa digulingkan oleh lingkungannya sendiri, karena finansial yang dimiliki tidak dapat membeli rasa hormat dari lingkungannya, tata aturan yang dibuat pun tidak dapat memaksa lingkungan untuk mengikuti perintahnya, dan hirarki yang ada pada dirinya tidak dapat menekan lingkungannya untuk tunduk pada kesewenang-wenangannya. Dengan kata lain, seorang pemimpin adalah seorang penguasa, namun seorang penguasa bukanlah seorang pemimpin.

Ketiga prinsip ini dapat dimiliki dan dipahami bagi para pemimpin yang baik. Kepada para pemimpin yang memiliki kursi/jabatan kepemimpinan, mereka adalah orang-orang pilihan tuhan yang memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan kebaikan kepada banyak orang dilingkungannya. Kepada individu yang tidak memiliki kursi/jabatan kepemimpinan, namun sikap dan perilakunya mencerminkan kepemimpinan, atau bahkan banyak orang dilingkungannya menilainya pantas untuk jadi pemimpin, maka sejatinya ia adalah pemimpin. Kursi/jabatan kepemimpinan hanyalah simbol, namun hakikat/makna pemimpin itu ada di dalam hati, siapapun dia yang dapat mewujudkannya, maka ia sudah menjadi seorang pemimpin.

(090412)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

para komentator dipersilakan masuk dan jangan lupa sertakan nama anda dibawah tulisan komen anda setelah selesai.makasi sebelumnya.

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)