"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Kamis, 12 November 2009

JUSTICE BELONGS TO US

Dibeberapa perbincangan atau diskusi, muncul pandangan bahwa keadilan tidak untuk semua orang, 'justice is not for all.' Pemahaman tersebut muncul dari banyak realita di masyarakat akan rasa keadilan yang tidak merata. Begitu banyak kesenjangan dan dengan alasan prioritas, atau dengan alasan untuk kepentingan yang lebih besar, pilar-pilar keadilan hanya berdiri disebagian kalangan saja. Terlebih lagi disebabkan pemahaman bahwa keadilan itu adalah proporsionalitas/sesuai dengan hak, maka banyak orang justru menakar keadilan dengan semaunya. Banyak orang tidak lagi mau mendengar suara aspirasi sebagian kalangan yang pada dasarnya belum memperoleh keadilan dengan 'layak.'

Sebagai contoh sederhana, pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di atas troroar jalan. Secara peraturan/ketentuan yang ada, hal itu sudah pasti melanggar aturan dan harus ditertibkan. Meskipun para pedagang itu berjualan untuk mememenuhi kebutuhan hidup keluarganya, membiayai pendidikan anak-anak, yang kesemuanya itu pada dasarnya adalah bagian dari tanggung jawab negara. Sementara itu di sisi lain, tidak sedikit pembangunan mall yang menyita lahan peruntukan ruang hijau dan penyerapan air, sehingga merusak aturan tataruang perkotaan. Padahal aturan mengenai tataruang kota juga penting artinya bagi banyak orang, misalnya untuk penangkal polusi udara dan pencegahan banjir. Jika pemahaman 'justice is not for all,' masih saja menjadi alasan untuk perlakuan diskriminasi, betapa meruginya rasa keadilan bagi masyarakat. 'Justice is not for all' adalah rasa keadilan yang mengandung kesan datangnya dari atas atau dari penguasa. Seorang penguasa bisa membagi-bagikan rasa keadilan kepada massa yang dipimpinnya. Pertanyaannya, apakah kemudian keadilan itu sampai dirasakan 'layak' bagi massa-nya?
Inilah yang kemudian dibutuhkan saluran aspirasi dari 'arus bawah' yang patut ditanggapi setiap pemimpin atau penguasa. Apakah itu dalam wadah organisasi, asosiasi, bahkan lingkungan kator/perusahaan. Manusia sebagai mahluk sosial (zoon politicon;Aristoteles) sudah barang tentu memiliki hubungan satu dengan lainnya, dan tanpa rasa keadilan yg 'layak' sepertinya sulit mencapai keselarasan/harmonisasi. Pemimpin/penguasa yang baik adalah mereka yang bisa dengan jelas melihat kebutuhan dan mendengar aspirasi dari massa-nya. Mereka bisa mengelola rasa keadilan dengan baik dan bijaksana, sehingga ikatan kelompok/perkumpulan massa-nya menjadi solid.

Keadilan boleh jadi bagian dari hal yang dianggap abstrak/tanpa bentuk, tetapi kehadirannya dapat dirasakan semua orang. Seperti konsep yang dimiliki John Locke, bahwa keadilan ialah bagian dari nature of law (hukum alam), maka rasa keadilan itu menjadi milik semua orang. Setiap pemimpin/penguasa bisa membagi-bagikan rasa keadilan 'sesuai hak'nya. Namun perlu diperjuangkan, bahwa "keadilan adalah milik semua orang/Justice belongs to us." Rasa keadilan bukan sekedar 'sesuai hak-nya' saja melainkan juga harus 'selayak-nya.'

(131109)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

para komentator dipersilakan masuk dan jangan lupa sertakan nama anda dibawah tulisan komen anda setelah selesai.makasi sebelumnya.

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)