"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Selasa, 27 Oktober 2009

PAST for FUTURE (28 October)

Sebagian orang berpendapat bahwa membaca atau mempelajari sejarah adalah hal yang tidak begitu penting. Pendapat seperti itu diperkuat dengan alasan bahwa setiap orang patutnya berpandangan maju menuju masa depan. Hal itu tidaklah salah, namun kurang bijak rasanya saat menatap perjalaan hidup yang telah mewariskan nilai-nilai kearifan melalui masa lalu. Sebagai bukti, banyak penulis menuangkan karya tulisnya dalam sebuah buku yang mengabadikan kisah/cerita akan masa lalu. Tidak mengherankan pula kemudian banyak orang justru menjaga kelestarian tempat/bagunan, manuskrip, foto, serta dokumen, sebagai bentuk penghormatan akan masa lalu. Lebih tidak mengherankan lagi jika banyak dilakukan upacara/peringatan untuk mengenang peristiwa penting pada masa lalu. Tentunya untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari sana.

Seperti halnya tanggal 28 Oktober yang biasa diperingati bangsa Indonesia sebagai Hari Sumpah Pemuda, adalah peristiwa mengenai semangat kebersamaan pemuda Indonesia menyatukan diri dalam wadah keindonesiaan. Bayangkan saja negeri Indonesia ini dengan kondisi geografisnya sebagai kepulauan, dengan etnis serta kultur yang beragam, dengan agama yang berbeda, pasti membutuhkan suatu kesadaran tinggi untuk bisa menyatakan diri bersatu dalam keragaman dalam wadah keindonesiaan. Ini sangat luar biasa.
Pada masa sekarang, saat globalisasi justru cenderung ke arah westernisasi, saat kemajuan teknologi justru diterjemahkan dalam bentuk konsumerisme dan individualisme, saat keterbukaan informasi justru kadang melahirkan pribadi anak bangsa yang kehilangan jatidiri. Bahkan kesempatan mengenyam pendidikan tinggi sampai ke luar negeri, justru tidak sedikit cendekiawan bungkam melihat bangsa yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Begitu banyak anak bangsa yang well educated tapi less of sense, sense of belonging, sense of solidarity, sense of nationalism. Nah, disinilah kemudian pentingnya membaca, mempelajari serta ikut memperingati peristiwa penting bersejarah. Bukan bernostalgia dengan romantisme masa lalu, tetapi mengambil kembali nilai, semangat, serta kearifan sebagai pelajaran serta petunjuk melangkah ke masa depan. Masa depan yang lebih baik.

Sejarah sebagai masa lalu tidak bisa dipisahkan dalam perjalanan panjang ke masa depan. Bukankah perjalanan hari ini pun beberapa saat kemudian akan menjadi bagian dari masa lalu? Bagi setiap pribadi bangsa, tidak cukup cahaya di depan untuk bisa memandu arah langkah menuju masa depan. Bangsa ini juga membutuhkan limpahan cahaya dari belakang. Sebagai teladan, sebagai pengetahuan, dan sebagai kearifan.

1 komentar:

  1. Ibarat Spion, sejarah adalah tempat kita sekedar melirik untuk forward terus ke depan. Dia menjadi begitu penting sehingga perlu membuatnya dengan jumlah beberapa. demikian pun sejarah. Melihat ke belakang untuk menentukan langkah ke depan adalah keniscayaan.

    Sumpah pemuda dipercaya adalah awal dari semangat untuk menisbikan fragmentasi takdir yang dibawa bangsa ini. Bukan menihilkannya, tapi memberdayakan untuk mencapai satu tujuan dan persamaan. Agama, bahasa, adat istiadat, daerah tak lagi menjadi hambatan selama cita-cita senantiasa dibisikkan sebelum diteriakkan, untuk kemudian diwujudkan.

    http://ronipradanaku.blogspot.com/2009/10/sumpahitu-memang-sumpah-pemuda-tulisan_29.html

    BalasHapus

para komentator dipersilakan masuk dan jangan lupa sertakan nama anda dibawah tulisan komen anda setelah selesai.makasi sebelumnya.

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)