"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Jumat, 27 Februari 2009

IDEALIS itu adalah "CARA"

Bagaimana jika idealis didefinisikan sebagai "menjaga arah langkah"? Sebab terkadang langkah itu bisa cepat, bisa pula lambat, terkadang langkah itu singgah menepi. Pun, langkah bisa keluar arah, bisa berbelok, bahkan kehilangan arah.

Pertanyaannya lagi, arah langkah yang mana?
Jika setiap pribadi menyepakati perihal kedamaian dan ketentraman hati, jika setiap orang tidak ingin diresahkan oleh yang lain, pun sebaliknya, maka arah langkah itu memiliki titik tujuan. Arahnya akan menuju titik tujuan yang sama, ialah titik kebaikan.

Harta dan kekuasaan yang diakui sebagai sarana kebahagiaan, bisa meresahkan. Keinginan seseorang yang tak pernah surut untuk mencapai kepuasaan, seringkali tak bisa terkendali. Bahkan mengorbankan kedamaian dan ketentraman hatinya sendiri. Ambil saja contoh, pribadi seorang penguasa yang masih saja mau melakukan korupsi. Entah itu hanya sekedar ikut-ikutan, sekedar memanfaaatkan kesempatan, ataukah hobi, ataukah hanya sebuah kebodohan. Tetap saja, dengan alasan apapun perilaku korupsi merugikan orang lain, apalagi jika itu bersinggungan dengan negara dan masyarakat luas. Contoh selanjutnya, seorang jurnalis yang tidak lagi obyektif dan proporsional dalam mengolah berita. Karena pesanan atau amplop yang menggoda, berita pun menjadi semacam novel atau pun karangan fiksi. Atau contoh sederhana yang lebih dekat, bila kejujuran menjadi langka, bila rasa disiplin sudah semakin surut, perilaku bertanggung jawab begitu mudahnya dilupakan, dan keteladanan menjadi jarum dalam tumpukan jerami. Di sinilah butuh setiap pribadi untuk "menjaga arah langkah"-nya.

Menjejaki jalan sambil memperhatikan ayunan kaki pun kadang tidak bisa sendirian. Seringkali butuh rambu dan marka. Kesendirian itu akan lebih mudah membawa ketersimpangan.
Sehingga seringkali perlu ditemani dengan kaki-kaki lain. Sepasang, dua pasang, puluhan pasang, bahkan ratusan pasang kaki, kiranya jua dapat secara bersamaan menuju arah yang sama. Menuju titik kebaikan.

Idealis bukan suatu "sikap" tapi idealis merupakan "cara." Menjaga arah langkah ialah cara bagi setiap orang untuk mengapai kedamaian di hati, damai menuju titik kebaikan, sebagaimana hati itu sejatinya akan mendekat pada muasalnya, ialah Yang Maha Baik.

(040209)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

para komentator dipersilakan masuk dan jangan lupa sertakan nama anda dibawah tulisan komen anda setelah selesai.makasi sebelumnya.

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)