"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Senin, 19 Januari 2009

PEDULI

Apakah kepedulian bisa dipaksakan? sebuah pertanyaan yang kiranya bisa dijawab semua orang. Kepedulian memiliki keterikatan dengan rasa, dengan hati. Meski sedikit banyak, juga melalui proses berpikir, yaitu pertimbangan. Setiap orang mempunyai kesukaan/kegemarannya masing-masing. Biasanya mereka menaruh lebih banyak kepeduliannya di sana. Mereka pecinta musik, lebih peduli dengan perkembangan/trend musik. Mereka para traveler, punya banyak kepedulian akan lokasi wisata yang indah, eksotik, bahkan romantis. Mereka yang gemar berorganisasi, begitu peduli akan aktualisasi diri. Kepedulian akan suatu hal, terkadang bisa datang dari pengaruh lingkungan. Terkadang datang karena pengaruh orang lain, teman sebaya misalnya. Kebanyakan orang memiliki kepedulian hanya bila itu dianggap menguntungkan baginya. Padahal sejatinya tidak seperti itu. Hidup diantara komunitas, hidup ditengah-tengah masyarakat manusia, mau atau tidak akan dituntut dengan masalah kepedulian.

Sampah menyumbat saluran air, sampai masalah bencana alam, membutuhkan kepedulian. Kepedulian tidak berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, tidak juga dengan pangkat atau jabatan. Kepedulian hanya bersahabat dengan nurani. Bahkan kepedulian justru menjadi tolak ukur hubungan sosial antara satu pribadi dengan pribadi lain. Prinsipnya sederhana. Jika seseorang ingin diperhatikan atau dibantu orang lain, ia harus peduli dengan orang lain. Belajar untuk peduli membutuhkan sahabat pendamping. Sahabat itu dekat pada setiap pribadi, namanya adalah "kepekaan." Setiap hati memiliki sinyal atau radar. Itu sebab mengapa tercipta manusia berbagai macam ras dan suku, beragam bahasa dan warna kulit. Sehingga radar kepekaan tersebut dapat berfungsi dengan baik. Menangkap segala perbedaan dan kemajemukan dengan bijaksana. Mengembangkan kepedulian sebagai bagian dari kelanggengan kehidupan bersama di atas bumi. Menjadi pribadi yang memiliki manfaat bagi pribadi lain. Jadi apakah kepedulian itu bisa dipaksa? jawabannya "bisa." Setiap orang bisa memaksakan kepeduliannya masing-masing. Karena peduli dengan orang lain, sebenarnya adalah peduli pada diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

para komentator dipersilakan masuk dan jangan lupa sertakan nama anda dibawah tulisan komen anda setelah selesai.makasi sebelumnya.

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)