"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Kamis, 26 Maret 2009

Spider Syndrome

Disadari atau tidak para pengguna dunia maya hidup dalam sebuah komunitas semu. Situs-situs yang menyediakan ruang bagi pribadi mengaktualisasikan diri. Myspace, Multiply, Friendster, Facebook, dan lainnya, ialah situs jejaring yang banyak dikonsumsi orang. Mulai dari remaja, dewasa, orang tua, artis, hingga para politisi. Seperti 'spider syndrome' situs jejaring itu bisa mempengaruhi banyak individu di dunia maya untuk menjaring sebanyak-banyaknya teman. Padahal sebagian besar si pengguna tidak mengenal dekat dengan pribadi lain yang di-'add'-nya sebagai teman. Kalau memiliki jumlah teman yang sedikit, kok rasanya jadi kurang 'afdol' kurang 'sreg' di situs-situs jejaring itu. Sehingga banyak pengguna berlomba-lomba menjaring teman, kenal atau tidak. Sebuah model sosialisasi virtual yang juga menjadi tren ini, menjadi wahana belajar bagi anak muda, juga orang tua. Pasalnya banyak dari pengguna meng-update ruang maya-nya di situs jejaring itu, walhasil secara tidak langsung mereka jadi 'jago' mengoperasikan internet. Meng-upload foto, searching link, searching friends, setting music, picture, jadi santapan harian. Tempatnya bisa di kantor, di rumah, di rental, atau dimana saja ditempat yang menyediakan layanan hotspot, bahkan dengan handphone pun bisa.

Situs jejaring ini begitu digandrungi banyak orang, mereka layaknya 'laba-laba' maya yang asik bermain dalam 'jaring-jaring' dunia virtual. Si pengguna pun tidak sedikit yang 'lompat' ke jaring-jaring baru dengan mengacuhkan bahkan meninggalkan jaring lamanya. Menarik, sekaligus lucu, sebab jika diperhatikan si pengguna banyak yang kehilangan 'tujuan.' Saat ada situs jejaring baru, banyak penjelajah dunia maya ini berpindah jaring, hanya sekedar ikut-ikutan tren. Memang situs jejaring itu lebih punya nilai/manfaat bagi kalangan artis, politikus, pedagang, atau penulis. Artis bisa memanfaatkannya untuk men'jaring' fans/penggemar. Politikus bisa men'jaring' konstituennya. Pedagang bisa men'jaring' konsumen. Penulis pun bisa men'jaring' pembaca dan mengasah keahliannya menulis. Jadi kalau hanya sekedar chatting atau getting narcism, kayaknya kok kurang optimal memanfaatkan dunia virtual itu. Belum lagi kalau kemudian malahan jadi antisosial, alias mengasingkan diri dari pergaulan nyata. Hanya berkutat di depan komputer atau laptop.

Spider syndrome banyak dialami pengguna situs dunia maya. Sekedar having fun atau learning fun, keduanya itu kembali pada setiap pribadi. Membangun kepribadian itu hak masing-masing.
Harapannya pribadi yang terbangun dengan baik itu, mampu menjadi 'tren setter' dan bukan melulu jadi 'tren getter.'

(270309)

Selasa, 17 Maret 2009

Attitude > Gadget

Sebutlah blackberry,iphone,netbook, atau MID (Mobile Internet Device) sebagai tren baru buat anak muda yang katanya kurang pas disebut 'gaul' kalo belum punya salah satu gadget itu. Pastinya dan semestinya kemajuan teknologi itu milik setiap orang. Namun karena produk teknologi itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka tidak semua orang bisa memilikinya (membeli). Sebagian orang menjadikan gadget sebagai semacam "prestise" buat dirinya, ya semacam kebanggaan pribadilah, bisa ikut tren, nggak dicap ketinggalan zaman. Apalagi dianggap mampu untuk memiliki gadget-gadget yang keren dan canggih.

Kemajuan teknologi adalah bagian dari tren/gaya hidup dan hal itu baik sekali karena bisa jadi stimulus peningkatan mutu kehidupan. Namun kalau bisa lebih dalam lagi memahaminya, toh pada dasarnya teknologi hanya sekedar "alat" untuk kemudahan. Mudah komunikasi, mudah belajar, mudah bekerja, mudah berbelanja, dsb. Perannya sebagai "alat" tadi, bagi si pengguna harusnya juga bisa mengembangkan "sikap"/attitude-nya seiring kemajuan zaman. Kalau gadget saja bisa jadi tren, kenapa masalah sikap nggak bisa jadi tren. Sebut saja disiplin, tanggung jawab, kemandirian, sportifitas, kreatifitas, optimis, dsb. Sikap-sikap positif itu toh, bisa disandingkan bersama dengan kepemilikan kemajuan teknologi. Sehingga majunya teknologi seiring dengan majunya kehidupan sosial. Kata lainnya adalah setiap pribadi bukan menjadi "alat" bagi kemajuan zaman, atau hanya sebagai "konsumen" semata, tetapi justru bisa "menyikapi" kemajuan atau tren yang ada. Bukankah dasar dari sebuah eksistensi diri adalah keunggulan bersikap, kesantunan berperilaku, kepedulian pada lingkungan? dan bukan di "peralat" kemajuan. Sebuah attitude kiranya dapat diutamakan bagi suatu eksistensi (keberadaan) diri dan tidak kalah maju dari tren perkembangan gadget sebagai hasil teknologi. Kemajuan adalah alat untuk memanusiakan manusia dan bukan untuk memperalatkan manusia.

(190303)

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)