"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Senin, 26 Januari 2009

ROKOK & KEBEBASAN

Rokok tidak saja mengganggu kesehatan penikmatnya, tapi juga bisa mengganggu kenyamanan orang disekitarnya. Lumrah kalau dibuat peraturan, adanya larangan merokok di tempat umum. Sebaik apapun peraturan dibuat, sebaik apapun perangkat hukum, kalau tidak ada kesadaran bagi si perokok sendiri, rasanya sulit. Padahal orang yang bukan penikmat rokok, pasti sangat terganggu dengan asap rokok. Bayangkan, disebuah mobil angkutan umum, sesak dengan penumpang, jalanan macet, hujan turun begitu deras, sementara tanpa peduli seseorang menyulut rokok. Asap putih mengepul mengisi ruang angkutan umum, dengan jendela tertutup karena hujan, pastinya asap yang terpenjara itu jadi begitu menyebalkan. Apalagi si perokok, pasti disumpahserapahi penumpang yang tidak suka rokok. Meski dalam hati. Jarang ada orang yang langsung menegur, atau minta mematikan rokok pada si perokok. Padahal seseorang punya hak untuk bebas dari asap rokok. Punya hak untuk hidup sehat.

Seorang perokok dengan latar pendidikan yang cukup, pergaulan sosial yang luas, dan pekerjaan yang mapan, seharusnya bisa menempatkan diri saat ingin merokok. Tidak semaunya saja, bahkan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Bagaimanapun seorang perokok hidup diantara banyak orang yang bisa jadi antirokok. Kebebasan seseorang pada dasarnya dibatasi dengan kebebasan orang lain. Selain adanya kesadaran akan hak kebebasan orang lain, juga dilandasi dengan aturan hukum. Di dalam hukum, setiap orang menyerahkan sebagian kebebasannya untuk diatur. Dengan maksud agar kebebasan itu tidak berbenturan dengan kebebasan orang lain. Nah, bagi perokok yang memiliki kebebasannya menghisap rokok, juga harus tahu kalau orang lain punya kebebasan yang sama untuk tidak menghisap asap rokok. Siapapun yang merenggut kebebasan orang lain, pastinya itu bagian dari praktek penjajahan. Dan bukankah setiap orang tidak suka dengan segala bentuk penjajahan?

Senin, 19 Januari 2009

PEDULI

Apakah kepedulian bisa dipaksakan? sebuah pertanyaan yang kiranya bisa dijawab semua orang. Kepedulian memiliki keterikatan dengan rasa, dengan hati. Meski sedikit banyak, juga melalui proses berpikir, yaitu pertimbangan. Setiap orang mempunyai kesukaan/kegemarannya masing-masing. Biasanya mereka menaruh lebih banyak kepeduliannya di sana. Mereka pecinta musik, lebih peduli dengan perkembangan/trend musik. Mereka para traveler, punya banyak kepedulian akan lokasi wisata yang indah, eksotik, bahkan romantis. Mereka yang gemar berorganisasi, begitu peduli akan aktualisasi diri. Kepedulian akan suatu hal, terkadang bisa datang dari pengaruh lingkungan. Terkadang datang karena pengaruh orang lain, teman sebaya misalnya. Kebanyakan orang memiliki kepedulian hanya bila itu dianggap menguntungkan baginya. Padahal sejatinya tidak seperti itu. Hidup diantara komunitas, hidup ditengah-tengah masyarakat manusia, mau atau tidak akan dituntut dengan masalah kepedulian.

Sampah menyumbat saluran air, sampai masalah bencana alam, membutuhkan kepedulian. Kepedulian tidak berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, tidak juga dengan pangkat atau jabatan. Kepedulian hanya bersahabat dengan nurani. Bahkan kepedulian justru menjadi tolak ukur hubungan sosial antara satu pribadi dengan pribadi lain. Prinsipnya sederhana. Jika seseorang ingin diperhatikan atau dibantu orang lain, ia harus peduli dengan orang lain. Belajar untuk peduli membutuhkan sahabat pendamping. Sahabat itu dekat pada setiap pribadi, namanya adalah "kepekaan." Setiap hati memiliki sinyal atau radar. Itu sebab mengapa tercipta manusia berbagai macam ras dan suku, beragam bahasa dan warna kulit. Sehingga radar kepekaan tersebut dapat berfungsi dengan baik. Menangkap segala perbedaan dan kemajemukan dengan bijaksana. Mengembangkan kepedulian sebagai bagian dari kelanggengan kehidupan bersama di atas bumi. Menjadi pribadi yang memiliki manfaat bagi pribadi lain. Jadi apakah kepedulian itu bisa dipaksa? jawabannya "bisa." Setiap orang bisa memaksakan kepeduliannya masing-masing. Karena peduli dengan orang lain, sebenarnya adalah peduli pada diri sendiri.

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)