"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Minggu, 25 September 2011

RISALAH KEPEMIMPINAN

Tulisan ini tidak lebih lengkap dari buku-buku tentang managerial, management, atau leadership skill. Tulisan ini sekedar mencoba merangkum beragam kisah serta pengalaman dari banyak tipe kepemimpinan, juga gaya memimpin perorangan dilingkungan masyarakat. Tulisan ini pun, sekedar memberikan refleksi bagi setiap pemimpin, calon pemimpin, atau mereka yang merasa bukan pemimpin namun memiliki bakat jadi pemimpin. Karena kepemimpinan adalah hal yang bisa dimiliki setiap orang. Kepemimpinan bisa diwariskan (assign), bias diraih (achieve), dan bisa diberikan (ascribe). Kepemimpinan pun bisa dipelajari, diantara dari mereka menganggapnya sebagai seni, lainnya menganggap sebagai amanah/tanggung jawab, sebagian lain merasakannya sebagai beban. Bagi yang merasakan sebagai beban, semoga tulisan ini setidaknya bisa memberi tempat untuk mengurangi beban. Bagi yang memandangnya sebagai amanah, mudah-mudahan tulisan ini sedikit mengairahkan kembali semangat menjunjung nilai kebaikan. Sedangkan bagi mereka yang menjalaninya sebagai seni, tulisan ini diperuntukan sebagai pemicu kreatifitas dalam memimpin.

Memimpin adalah cara mengelola sekelompok orang untuk mencapai tujuan. Proses pengelolaan, beserta kendala yang dihadapi dalam kepemimpinan, di dalam tulisan ini disebut sebagai risalah kepemimpinan. Ada 3 poin sederhana yang menjadi rumusan dalam risalah kepemimpinan ini. Pembahasannya sebagai berikut:

1. Single Way Mission

Misi/tujuan tunggal (single way mission) adalah hal penting yang harus dimiliki setiap pemimpin dan calon pemimpin. Sebagai contoh, seorang jenderal perang hanya memiliki satu tujuan yaitu ‘kemenangan.’ Seorang direktur perusahaan, satu tujuannya ialah ‘keuntungan.’ Satu arah tujuan dimaksudkan agar pemimpin tetap fokus melangkah dan mengambil keputusan. Sulit bagi pemimpin bersikap konsisten apabila memiliki beragam tujuan. Selain itu dapat pula memecah konsentrasi para pengikutnya (followers). Pecahnya konsentrasi bisa melemahkan kinerja kelompok/organisasi. Keep on the track, apabila boleh mengambil istilah demikian. Single Way Misson bisa juga dianggap sebagai ideologi kelompok. Perlu kemudian disosialisasikan keseluruh followers. Bahkan sangat tepat, bila hal tersebut masuk dalam misi organisasi. Mengapa demikian? Alasannya adalah untuk menghindari anomali otoriterian. Seringkali terjadi, tujuan/misi yang dimiliki pemimpin hanya untuk kepentingan pribadinya, dan itu sebuah kekeliruan. Single Way Mission ini ialah konsep tujuan utama, tujuan tunggal, yang lahir dari pemikiran seorang pemimpin dan ditujukan untuk kepentingan dia juga followers-nya. Keseragaman persepsi akan arah tujuan antara leader dan followers membuat organisasi menjadi kuat dan efektif. Pasalnya, dengan sinkronisasi persepsi, program dapat dirancang secara tepat guna, kendala dapat di inventarisir, kegagalan dapat diminimalisir bahkan bisa mengapai keberhasilan yang mungkin tidak pernah disangka-sangka. Maka ada baiknya, seorang pemimpin memiliki single way mission yang berkiblat pada masa depan organisasi, kepada kebaikan banyak orang, kepada perbaikan lingkungan, bahkan bisa mensejahterakan. Apakah ini terkesan sulit dan muluk-muluk? Tidak, sebab bagi para pemimpin atau calon pemimpin yang baik, secara sadar nuraninya akan selalu mengiring sikap dan pikirannya untuk selalu setia pada tujuan-tujuan kebaikan.

2. Fellowship of Man

Keterikatan dan kebersamaan antara pemimpin dan followers-nya harus selalu dijaga dan dipelihara. Profesionalitas posisi tugas dan tanggung jawab antara leader dan followers tidak boleh membuat jurang pemisah antara satu dan lainnya. Sebaliknya kedekatan antara leader dan followers tidak boleh menimbulkan disfungsi kewibawaan pemimpin dimata followers-nya. Maka untuk menjaga hal tersebut, pemimpin atau calon pemimpin harus bisa menjaga sikap, menjaga omongannya. Pemimpin yang baik tidak menuntut sesuatu apapun dari followers-nya, sebelum dia sendiri melakukan apa yang dituntutnya itu. Contoh, followers diminta bekerja rajin, bekerja giat, maka leader terlebih dahulu bekerja lebih rajin dan lebih giat. Selain itu untuk menjaga kebersamaan dengan para pengikutnya, pemimpin yang baik mendengar,menerima, dan mengelola aspirasi followers-nya. Bahkan tidak menunggu adanya pengaduan dari followers, tapi pemimpin harus sering bertanya mengenai kondisi dan kendala para followers-nya. Apabila ada ketidaksanggupan dalam mengelola aspirasi, pemimpin harus berdiri di depan mereka dan menjelaskan secara gamblang dan transparan akan kendalanya. Sehingga masalah yang dihadapi pemimpin bisa menjadi masalah bersama, untuk dicarikan solusi bagi kebaikan kedua pihak. Perilaku ini bisa menumbuhkan tingkat kepercayaan kepada pemimpin dan organisasi yang dipimpinnya. Hukuman dan imbalan yang pantas juga harus diberlakukan untuk menjaga kewibawaan pemimpin. Jika followers sudah mulai mengendus/mengindikasi pemimpinnya tebang pilih, meng-anak emas-kan, atau mendiskriminasi satu dengan lainnya, maka pemimpin akan kehilangan trust/kepercayaan dari para pengikutnya. Hal tersebut harus dihindari. Jika pemimpin menghukum salah satu followers-nya, harus dijelaskan apa duduk perkaranya, dan followers yang lain bisa memahaminya. Jika imbalan/reward diberikan karena prestasi dari salah satu followers-nya, maka harus dijelaskan prestasi apa yang sudah diperoleh. Sehingga para pengikutnya bisa bekerja secara profesional dan sportif. Lantas bagaimana bila pemimpin melakukan kesalahan atau kekeliruan? Itu mudah, bagi pemimpin harus berani mengakui kesalahan, seburuk apapun itu. Jika followers sudah memiliki kesetiaan tinggi, mereka bisa dengan mudah memaafkan. Bahkan pemimpin yang baik, akan menebus kesalahannya itu dengan prestasi yang lebih baik lagi, lebih bijaksana, dan lebih berhati-hati dalam melangkah.

3. Ridding The Risk

Setiap pemimpin pasti selalu membuat keputusan. Masalah mendasar bagi pemimpin adalah keberanian mengambil keputusan yang memiliki resiko tinggi. Terlalu banyak sikap ragu-ragu, membuat pemimpin menjadi lamban dan penakut. Maka sikap ragu-ragu dapat diatasi apabila pemimpin memiliki kedekatan dengan followers-nya, memiliki kepercayaan kepada para followers-nya. Ada istilah, ‘pasang badan’ maka pemimpin yang baik, saat memutuskan mengambil keputusan beresiko tinggi, dia harus berani berdiri paling depan. Apabila keputusan yang diambil ternyata memiliki implikasi merugikan organisasi, seorang pemimpin harus berani menghadapi. Jika keberanian ini ditunjukan, maka followers-nya yang sudah dekat mengenal dirinya akan setia mendampinginya dalam kondisi separah apapun. Followers akan menyadari, bahwa keputusan yang diambil pemimpinnya itu menjadi tanggung jawab bersama. Apabila followers dengan kesetiaannya dapat bersikap seperti demikian, secepatnya organisasi dapat pulih kembali. Mengapa? Karena followers memiliki keyakinan kepada pemimpinnya yang menjunjung tinggi tanggung jawab kepada kelangsungan hidup organisasi. Seorang pemimpin yang memiliki kesungguhan dalam memperbaiki implikasi dari keputusan yang diambilnya, dapat dinilai dimata followers. Mereka (followers) akan dengan mudah membantu pemimpinnya. Maka pemimpin jangan pernah takut untuk mengambil keputusan, meski kadang beresiko tinggi. Bila keputusan itu salah dan merugikan, maka hal itu menjadi pelajaran berharga bagi organisasi, bagi pemimpin dan followers-nya. Mereka akan lebih tangguh dan lebih matang dalam mengelola organisasi. Bila keputusan yg beresiko itu ternyata memiliki implikasi keberhasilan, maka hal itu menunjukan adanya akurasi pertimbangan dan kepekaan intuisi seorang pemimpin. Artinya pemimpin tersebut memiliki bakat sebagai pemimpin/assign leader. Pemimpin seperti ini, selalu ditunggu followers-nya untuk membuat terobosan-terobosan baru dalam organisasi.

Tiga poin rumusan mengenai risalah kepemimpinan ini, mungkin sudah dirasakan sebagian orang. Bahkan jika mau diselami lebih jauh, melalui 3 poin ini, seorang pemimpin tidak perlu takut kepada para penggantinya nanti, yaitu para calon-calon pemimpin baru. Sebab pemimpin yang baik, yang menjadi panutan followers-nya, akan dilanjutkan prestasi dan kebaikannya. Bahkan para penggantinya nanti menjadikan pemimpin terdahulu, sebagai referensi inspirasi untuk kemajuan organisasi. Menjadi role model, bagi para penerusnya. Namanya, juga kebaikannya, tidak pernah sepi diceritakan. Mereka, para pemimpin yang melangkahkan kaki pada nilai-nilai kebaikan, keberadaannya selalu disenangi orang, dan ketiadaannya akan dirindukan banyak orang. Pemimpin yang baik, ialah pemimpin yang dalam perjalanan kepemimpinannya mampu memberi kontribusi bagi kemajuan organisasi. Berpihak pada kepentingan kelompok/organisasinya. Apakah itu merupakan perkara mudah? Jawabnya, ada pada diri pemimpin dan calon pemimpin yang setia pada tujuan-tujuan kebaikan dan perbaikan.

(260911)

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)