"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Selasa, 01 September 2009

MULTIPLE CHAMBER OF MAN



Dinamika kehidupan dunia telah mensyaratkan setiap pribadi untuk dapat menempatkan diri dimana saja berada. Serangkaian kebutuhan sebagai realita hasrat manusia pun turut membentuk pribadi seseorang. Sehingga setiap pribadi dituntun untuk bisa memiliki banyak peran. Ambil contoh seorang wanita karir, yaitu pribadi yang tentu saja punya peran di kantor dengan segala tugasnya sebagai pekerja. Sementara itu ia juga punya peran sebagai seorang ibu di keluarganya, yang memiliki tanggung jawab untuk mengurus & mendidik anak-anaknya. Pada sisi lain, ia adalah bagian dari lingkungan masyarakatnya sebagai seorang tetangga atau sahabat. Memiliki berbagai peran tidaklah mudah, apalagi untuk bisa memposisikan diri. Saat harus bersama keluarganya, maka urusan pekerjaan tidak mengganggu sorak sorai anak-anaknya yang riang mengajak bermain. Begitu juga persoalan kantor yang terkadang membuat panas kepala, tidak patut dibawa ke dalam rumah, apalagi menumpahkan kemarahan didalamnya. Sebaliknya urusan rumah tangga pun kurang bijak jika dibawa-bawa ke tempat kerja. Maka kesadaran untuk bisa melakukan reposisi peran perlu dimiliki setiap pribadi. Bisa menempatkan diri sesuai tempat dan kondisi.


Erving Goffman dalam 'teori peran' menganalogikan situasi kehidupan sehari-hari seseorang, seperti peran di atas panggung. Peran tersebut dipengaruhi oleh interaksi secara dinamis dengan orang lain (sesama pemain bahkan penonton). Namun analogi peran di atas panggung terkadang memberi kesan kepura-puraan dalam hidup, memberi kesan sandiwara seperti lirik lagu Godbless dalam lagu 'Panggung Sandiwara.' Dalam sudut pandang lain, mungkin bisa diterima jika hidup ini sekedar sandiwara saja. Namun sebagai manusia yang menghargai alam dan sadar akan keyakinannya pada Tuhan, peran dalam hidup ini tidaklah dipahami sebagai sandiwara.

Peran bagi setiap pribadi adalah tanggung jawab hidup yang dijalani untuk mencapai kebaikan maksimal. Manusia ibarat sebuah rumah yang memiliki beberapa kamar. Kamar-kamar tersebut diposisikan/difungsikan sesuai dengan pengunaannya masing-masing. Tidak salah penempatan atau salah fungsi. Tidak saling bertabrakan atau membingungkan. Jiwa manusia adalah rumah bagi kamar-kamar peran yang dimilikinya. Ia bisa menambah kamar itu, bisa menghias, atau mempercantiknya. Sehingga rumah jiwanya menjadi asri dan tertata rapi. Kamar-kamar peran yg sesuai penggunaan akan memudahkan jiwa untuk mengundang banyak kebaikan masuk ke dalam.


(020909)

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)