"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Kamis, 13 Agustus 2009

BENDERA ITU MENUNGGU

“Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita, bukan satu alasan untuk kita tinggalkan…” (Iwan Falls)

Teruntai rangkaian merah putih bendera-bendera plastik sepanjang gang, sepanjang jalan. Menjuntai-juntai dari tiang listrik sampai ujung plafon atap rumah, bahkan sebagian orang mulai sibuk membuat gapura, menyambut hari kemerdekaan Republik tercinta. Sudah sepatutnya setiap pribadi dari bangsa besar ini, kembali melongok akan kebesaran bangsa yang merdeka melalui perjuangan. Bukan kemerdekaan pemberian dari bangsa lainnya sebagaimana India atau Malaysia dibawah persemakmuran Inggris. Bukan pula bangsa kalah perang sebagaimana Jerman atau Jepang yang menyerah kepada Sekutu. Republik ini merdeka atas kemauan sendiri dengan memploklamirkannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehingga sampai detik ini setiap anak cucu bangsa dapat melihat bendera plastik kecil itu mengalun ditiupan angin dengan gemulainya dengan bebas merdeka. Sementara di halaman rumah kembali menegakkan bamboo dan memasang merah putihnya. Begitu pula pelataran kantor, pasar, sekolah, dan rumah sakit kembali menyaksikan dengan seksama merah putih berdiri ke angkasa raya dengan gagahnya.

Namun tercuat sebuah pertanyaan yang patut diresapi setiap pribadi merdeka. Kemana cinta bagi bangsa dan tanah air ini?

Ada sebuah untaian kata yang pernah diutarakan J. F. Kennedy, yaitu “…jangan utarakan apa yang telah negara berikan kepadamu, tapi utarakan apa yang telah engkau berikan kepada negara…” Sementara Ir. Soekarno pernah mengutarakan bahwa, “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya.” Jika Saving Private Ryan, Band of Brothers, atau Pearl Harbour, bisa begitu apiknya menunjukan kebanggaan dan kehebatan arti perjuangan, pengabdian, serta kecintaan bangsa kepada negaranya, melalui media film. Sepatutnya penghargaan juga dapat diberikan oleh setiap pribadi Indonesia kepada negeri ini, dalam bentuk apa pun. Sebab bendera yang berwarna merah dan putih itu terlalu banyak menyimpan banyak makna akan keberadaan Republik ini. Menyimpan kemerdekaan yang diraih melalui darah dan air mata. Menyimpan pengorbanan setiap jiwa-jiwa yang tidak pernah merasakan hasil dari perjuangannya sendiri. Jiwa-jiwa tulus yang mencintai bangsa dan tanah airnya. Tapi kemana cinta itu pada masa kini ?
Cinta yang bisa menjadikan setiap pribadi bangsa kembali tangguh, mandiri di negerinya sendiri, utuh berdaulat, memiliki jati diri, dan santun menghormati kemajemukan yang tergenggam erat dicengkraman jemari garudanya. Dimanakah itu semua?

Pertanyaan itu ditunggu jawabnya oleh bendera-bendera kecil yang melambai disepanjang jalan, disepanjang gang. Bendera kecil yang menjulur saling silang diantara pagar, tiang, dan ujung plafon atap rumah. Mereka menunggu rasa cinta itu, kebanggaan itu. Mereka menunggu. Bendera-bendera kecil itu selalu menunggu !

(140809)

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)