"Roma tidak dibangun dalam sehari. Langkah besar selalu diawali dengan tapak langkah kecil. Sebuah pemikiran dan cita-cita agung, kadang berasal dari sebuah kata atau impian sederhana. Kadang pula sebuah catatan, memiliki nilai berharga ketimbang monumen atau istana, dan setiap orang mampu untuk menciptakannya."

Selasa, 14 Juli 2009

Hero Or Villain

Kelengkapan akalpikiran, keinginan, dan rasa yang dimiliki manusia sebagai penghuni dunia tidaklah cukup. Perannya dalam mengelola lingkungan alam dan sosial juga membutuhkan moral/etika sebagai suatu formula khusus dari unsur akal, hasrat, juga rasa. Proses mencapainya merupakan jalan menuju kesempurnaan manusia seutuhnya. Proses itu pula yang kemudian memunculkan sosok manusia baik (hero) dan manusia tidak baik (villain). Sepanjang sejarah peradaban hal itu muncul dalam bentuk kisah, legenda, dongeng, bahkan mitos yang sengaja dibuat sebagai pelajaran. Sepanjang sejarah melalui catatan, jurnal, atau dokumentasi yang disimpan telah menunjukan banyak tokoh-tokoh besar se-kaliber dunia yang telah memberi kebaikan bagi dunia. Sebaliknya, banyak pula catatan sejarah mengenai peranan manusia-manusia serakah, kejam, dan tiran yang pada masanya banyak merugikan kehidupan.

Pada dasarnya manusia memiliki potensi yang sama sebagai orang baik (hero). Namun dalam prosesnya banyak pribadi yang terganggu kestabilan unsur akal, hasrat, dan rasanya sehingga mereka berubah menjadi villain. Kesabaran dan kesadaran untuk dapat menyeimbangkan ketiga unsur itu ialah tata moral/etika, yang darinya akan memunculkan sosok manusia baik (hero). Darinya pun sosok seorang villain dapat berubah kembali menjadi hero.

Hercules (mitologi yunani) atau Mahatma Gandhi (Pejuang India) ialah contoh icon sosok manusia baik yang dikenal banyak orang. Sedangkan Medusa (mitologi yunani) atau Augusto Pinnocet (Presiden Chili) diketahui orang sebagai sosok manusia tidak baik dan icon kekejaman/keserakahan. Sosok baik dan tidak baik tersebut sejatinya adalah pelajaran bagi banyak orang. Sosok hero memang dinanti, diharapkan, dan disayangi, karena kontribusinya memberi kedamaian. Sementara sosok villain justru ditakuti dan dijauhi banyak orang karena menyusahkan dan menganggu kedamaian.

Potensi hero setiap orang ada didalam dirinya masing-masing. Menyeimbangkan akal, hasrat, serta rasa dalam tata moral/etika ialah proses melahirkan hero dihadapan banyak orang. Tidak perlu pakaian super, nama, atau makara. Tidak perlu bisa melayang, tahan peluru, atau menempel di atas tembok, sebab seorang ayah yg baik dan penuh tanggung jawab adalah hero. Seorang pelajar yg tulus menuntut ilmu adalah hero, atau seorang pedagang yg santun dan jujur adalah hero. Menjadi hero adalah bakat setiap manusia yang dititipkan Tuhan untuk mengurus dunia.

(150709)

berikan komentar untuk tulisan di atas, klik icon 'komentar kamu' dan beri 'nilai.'


Kutipan para eksistensialis

  • “The Ego is partly free. partly determined, and reaches fuller freedom by approaching the Individual who is most free: God.” (Muhammad Iqbal)
  • “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does.” (Jean-Paul Sartre)
  • “Except our own thoughts, there is nothing absolutely in our power.” (Rene Descartes)
  • “Life has its own hidden forces which you can only discover by living.” (Soren Kierkegaard)
  • “Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” (Sigmund Freud)